Monday 11 April 2011

DOA 'ATABAH

Doa ‘AtabahAlghulam
إِلَهِيْ إِنْ كُنْتَ قَبِلْتَ تَوْبَتِيْ وَغَفَرْتَ حُوْبَتِيْ فَأَكْرِمْنِيْ بِالفَهْمِ وَالحِفْظِ حَتَّى أَحْفَظُ كُلَّ مَا سَمِعْتُ مِنَ العِلْمِ وَالقُرْءَانِ
إِلَهِيْ أَكْرِمْنِيْ بِحُسْنِ الصَّوْتِ وَالنَّغَمَةِ حَتَّى أَنَّهُ مَنْ سَمِعَ قِرَآءَتِيْ يَزْدَادُ رِقَّةً فِيْ قَلْبِهِ إِنْ كَانَ قَاسِيَ القَلْبِ.
إِلَهِيْ أَكْرِمْنِيْ بِِالرِّزْقِ الحَلاَلِ وَارْزُقْنِيْ مِنْ حَيْثُ لاَ أَحْتَسِبُ
                    
Ya Allah, bila Engkau terima taubatku dan Engkau ampunkan  dosaku , maka berilah aku kemuliaan dengan mudah faham dan mudah hafal sehingga aku dapat menghafal semua ilmu yang ku dengar dan juga ayat-ayat al-Quran .
Ya Allah berilah aku kemuliaan dengan suara  yang merdu , sehingga sesiapa yang mendengar bacaanku , hatinya akan menjadi lembut meskipun ia seorang yang keras hati .
Ya Allah kurniakanlah kepadaku rezeki yang halal dan juga kunjungan rezeki yang tidak kusangka-sangka .


Doa ini merupakan amalan Syaikh Atabatul Ghulam seorang kekasih Allah yang pada awalnya merupakan seorang yang fasik. Beliau sering melakukan dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Maka pada suatu hari timbul niat padanya untuk menghadiri majlis Ilmu seorang Wali Allah iaitu Imam Hassan Al-Basri. Dalam majlis tersebut, ada orang yang bertanya pada Imam Hassan Al-Basri tentang orang yang melakukan dosa besar lalu bertaubat, apakah taubatnya akan diterima oleh Allah SWT. Lalu Imam Hassan Al-Basri menjawab : “Ya, jika ia bersungguh-sungguh bertaubat dengan sebenarnya, maka Allah akan mengampuninya, walaupun seperti Atabatul Ghulam.”
Imam Hasan Al-Bashri membacakan ayat ke-16 dari surat Al-Hadid:
“Apakah belum datang bagi orang yang beriman untuk tunduk hatinya mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)….”
Beliau melanjutkan perkataannya,“Wahai pemuda yang bermaksiat kepada Rabbul ‘arsy, apakah engkau tahu balasan orang yang bermaksiat adalah neraka sa’ir yang bergejolak apinya?. Malaikat Zabaniyah menarik ubun-ubun mereka dan menarik kaki-kakinya, lalu melemparkannya ke dalam neraka. Apakah engkau dapat sabar menghadapinya, sedangkan api dunia saja engkau tidak kuat menahannya?”
Cuba bayangkan Imam Hassan al-Basri tidak pernah berjumpa atau melihat apatahlagi tidak mengenali  Atabatul Ghulam, beliau hanya mengetahui namanya sahaja. Pada ketika disebut nama Atabatul Ghulam, Atabatul Ghulam tersentak lalu bertaubat, menyesali dosa-dosanya. Dalam doanya, ia bermunajat, “Ya Tuhanku, jika Engkau menerima taubatku dan Engkau ampuni dosaku, maka berilah aku kemuliaan mudah paham dan hafal, sehingga aku dapat menghafal semua yang kudengar dari ilmu dan Al-Qur’an. Ya Tuhanku, muliakanlah aku dengan suara yang merdu dan indah, sehingga siapa saja yang mendengar bacaanku, maka menjadi lembutlah hatinya meskipun ia seorang yang keras hati. Ya Tuhanku, berikanlah aku rejeki yang halal dan tak terhitung.”
Allah pun menerima taubatnya dan mengabulkan  permohonannya.
Doa’ ini amat sesuai dibaca bagi mereka yang ingin bertaubat kepada Allah SWT, yang ingin menghafal Al-Quran, Hadis Nabi SAW, yang ingin mempunyai suara yang merdu dan indah khusus mereka yang ingin mendalami Taranum Al-Quran, yang menjadi pendakwah di jalan Allah, para perawat Islam dan yang ingin menambahkan rezeki zahir dan batin. 
Jadikanlah doa’ ini amalan kita khususnya para perawat Islam supaya senang untuk berdakwah dan memberi nasihat kepada manusia dan jin yang mendiami tubuh manusia agar mengikuti nasihat kita dengan izin Allah....
 . 

Sunday 10 April 2011

TAZKIRAH HARIAN

Amalan Sebelum Tidur ( sebuah pesan Rasulullah )


Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Ketika itu, Fathimah sudah siap-siap berbaring untuk tidur. Rasulullah SAW lalu berkata, “Wahai Fathimah putriku, lâ tanâmi. Janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum Mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta melakukan haji dan umrah.”

Fathimah bertanya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?” Rasulullah saw menjawab, “Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qul huwallâhu ahad tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran.”

Yang dimaksud dengan Qul huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas, bukan ayat pertamanya saja. Dalam banyak hadis, sering kali suatu surat disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering disebut dengan surat Alam nasyrah.

Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, “Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: “Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shalayta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim fil ‘âlamina innaka hamîdun majîd.”

“Kemudian supaya kamu memperoleh rasa ridha dari kaum mukminin dan mukminat, supaya kamu disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga ridha kepada mereka, bacalah istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh kaum mukminin dan mukminat.”

Tidak disebutkan dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus dibaca. Yang jelas, dalam istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi orang-orang lain selain diri kita sendiri. Untuk apa kita memohon ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan membawa hati yang bersih, tidak membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum muslimin. Kita mohonkan ampunan kepada Allah untuk semua orang yang pernah berbuat salah terhadap kita. Hal itu tentu saja tidak mudah. Sulit bagi kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita. Bila kita tidur dengan menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain, kita akan tidur dengan membawa penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur, tidur kita akan memberikan mimpi buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika kita tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress sebelum ia beranjak tidur.

Dalam hadis itu tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita baca. Tapi ada satu istighfar yang telah dicontohkan oleh orang tua-orang tua kita di kampung. Biasanya setelah salat maghrib, mereka membaca: “Astaghfirullâhal azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil huqûqi wajibâti ‘alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî’il muslimîna wal muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât. Ya Allah, aku mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku, bagi semua keluarga yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka. Ampuni juga guru-guru kami, saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.”

Apabila kita amalkan istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita telah meminta ampun untuk orang tua kita. Istighfar kita, insya Allah, akan membuat orang tua kita di alam Barzah senang kepada kita. Istighfar itu pun akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah. Manfaat paling besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur kita.

Nasihat terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, “Sebelum tidur, hendaknya kamu lakukan haji dan umrah.” Bagaimana caranya? Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”

Menurut Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu tertidur pulas, kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu tidurnya sebagai waktu berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai orang yang berzikir terus menerus. Tidurnya bukanlah tidur ghaflah (cuek), tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan berzikir.

Sebetulnya, bila sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan tertidur tapi ruh kita akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di tengah tidurnya, niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah. ■ Wallahualam bissawab